desi (23 posts so far) | | Saat duduk di bangku SD aku sempat menjuari lomba mengarang. Semenjak itu aku merasa menulis adalah duniaku. Lalu, ketika di bangku SMP aku jatuh cinta pada puisi mbeling. di saat jiwaku membara, bergejolak penuh cinta pada dunia sastra. Aku memberanikan diri untuk mengikuti lomba lagi, namun guruku itu berkata "TIDAK" dengan wajah yang penuh garis-garis tajam di sekitar mata dan bibirnya (padahal dia belum sedikitpun membaca karyaku) Saat itu, untuk seorang anak kecil yang sangat mengidolakan gurunya karena jauh dari ayah, ibu dan kakak. Maka, aku menuruti guruku untuk tidak mengikuti lomba.
Semenjak saat itu aku tak pernah menulis, meski beberapa kali aku coba, aku lupa bagaimana caranya menulis, aku lupa perasaan yang kurasakan saat menulis.
Yang kuingat dan selalu kuingat dulu ketika pelajaran bersama guru itu tiba, aku harus berkali-kali mengacungkan jariku dengan kaki yang jingjit berharap ibu guru akan memanggilku untuk maju ke depan. Kalau tidak begitu, mungkin ibu hanya akan memanggil anak pria yang tampan atau anak wanita yang cantik di kelasku. Saat itu aku menyesal tidak menjadi cantik
Mungkin karya burukku tak pantas dibaca
Dan mungkin wajah burukku tak pantas untuk dilihat.
Aku tak tahu...
Yang kutahu, aku tak mau menulis lagi bila itu hanya menyakiti hati.
Tapi, sesuatu telah membangunkan aku dari hibernasi panjangku.
Entah kenapa, aku ingin menulis lagi.
Tak perduli yang lain...
Aku hanya ingin menulis lagi dan lagi... |